Rabu, 03 September 2014
Tips Membeli Parfum Refill
Posted by Unknown di 20.12 in - 4 komentar
Berikut akan ane jelasin beberapa tips tentang pemilihan toko parfum isi ulang:
1. Langkah pertama dalam penilaian toko, agan dapat menilai sebuah toko
parfum isi ulang dari kondisi tokonya. Toko yang bersih dan rapih akan
lebih meyakinkan bahwa toko tersebut adalah toko parfum yang lebih fokus
pada produk-produk yang mereka jual. Karena parfum tergolong dalam
kebutuhan tertier atau ketiga maka kriteria toko parfum isi ulang yang
baik adalah toko yang dapat mewakili segmen untuk golongan ketiga
tersebut.
2. Coba agan tanyain ke si penjual atau karyawan toko
tersebut, campuran apa aja yang dipake untuk produk parfum isi ulang
yang mereka jual. Standar nya yang digunakan adalah Alcohol 96% lalu
dicampur dengan Bibit (fragrance). Tapi ada juga beberapa toko parfum
isi ulang yang besar yang menggunakan standar campuran Alkohol Denat
96%+Fixative dan Stabilizer lalu dicampurkan dengan Bibit. Standar yang
satu ini jauh lebih bagus kualitasnya dengan standar yang pertama karena
campuran-campuran tersebut meliputi Alkohol yang terbuat secara Alami
(Denat) lalu ditambahkan dengan penguat (Fixative) agar parfum lebih
tahan lama nantinya lalu ditambahkan dengan Penyeimbang (Stabilizer)
untuk mempercepat dan menyeimbangkan proses pencampuran bibit dengan
alkohol nantinya.
3. Agan juga berhak menanyakan kepada si
penjual atau karyawan toko tersebut apakah campuran parfum-nya
menggunakan methanol atau Solvent/Solviol. Kedua cairan kimia ini sangat
tidak disarankan untuk digunakan pada campuran Parfum Isi Ulang karena
kedua cairan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit (jika
digunakan secara langsung). Terlebih Solviol, jika terkena dikulit
secara langsung bisa menimbulkan bercak merah dan juga gatal-gatal (bagi
yang kulitnya sensitif). Parfum Isi Ulang yang menggunakan campuran
Solviol dan Methanol lebih berpeluang besar meninggalkan bercak atau
noda pada pakaian dan wangi dari parfumnya hanya sebentar atau tidak
tahan lama. Pedagang parfum isi ulang yang menggunakan kedua cairan ini
beralasan karena harga methanol jauh lebih murah dibandingkan dengan
alkohol dan solvent / solviol dapat melipatgandakan margin harga jual
mereka.
4. carilah pelayanan toko parfum isi ulang yang
menyediakan konsultasi dan garansi. Jika kedua hal tersebut ada jadi
kita dapat konsultasi sebelum membeli dan jika kita merasa kurang
terhadap kualitas parfumnya kita dapat komplain atau konsultasi kembali
setelah membelinya.
5. Biasakan untuk menyimpan parfum isi
ulang yang baru kita beli didalam Freezer (ruang pembeku pada kulkas).
Standarnya antara 8 - 12 jam. hal ini dilakukan agar proses pencampuran
antara bibit & alkohol semakin cepat dan akan berpengaruh juga
kepada ketahanan parfum tersebut pada saat kita gunakan atau bahasa
trend nya parfum akan lebih long-lasting.
Spoiler for pelarut parfum recommended:
1. alkohol 96% buat parfum yg wanginya strong (standar) 2. Absolute
German / etanol ( lebih elitte ) dan lebih disarankan untu parfum yg
wanginya lembut, kelebihan absolute german tsb juga diantaranya, tidak
berbau alkohol, jdi begitu disemprot langsung wangi parfum nya yg
keluar, beda sama alkohol biasa. selain itu absolute juga membuat aroma
parfum lebih tahan lama, dan kemungkinan iritasi pada kulit juga lebih
minim (buat yg pake di badan)
karena parfum / fragrance itu
terdiri dari berbagai produk dan pabrikan, disini ane bakal jelasin yg
sesimple simple nya aja gan dan maaf klo gak ane sebutin semua, karena
mungkin agan2 juga gak bakal begitu paham, soalnya sekarang banyak isi
kaleng yg tipu2, contoh kaleng yg di display di toko parfum merek luzi
padahal isinya produk lain yg murah. ini produk2 yg umum paling banyak
digunakan aja di setiap toko parfum isi ulang.
Spoiler for Produk Umum dan kisaran harga /ml/cc:
1. Luzi ( recommended ) produk Luzi di import dari france dan di
repacke di surabaya, harganya biasanya lebih mahal dri produk lain,
karena kualitasnya memang MANTAB, wanginya hampis sama bgt sama yg
parfum originalnya dan long lasting nya/ ketahanannya juga sudah teruji.
rata2 harga jual /ml nya Rp 2500 - Rp 4000 contoh : Dunhil blue,
bulgari Aquatic, E. Aigner In Leather Man ( MANTAB ) 2. Manefil produk
luar juga cuma di suling/di buat di indonesia, pabriknya di daerah
cikarang. produk paling murah tpi wanginya lumayan, dan banyak menjadi
best seller juga, long lastingnya lumayan cma minus nya wanginya agak
kasar dan untuk beberapa merk rada ngaco rata2 harga jual Rp 2000 contoh
bulgari aqua 4 man, anasui flight of fancy, Bulgari man 3. Argeville
produk yg stu ini dari luar jga tpi di repackage nya di jakarta dan di
import oleh PT. BIT, argeville produk baru, tpi termasuk paling komplit
itemnya di banding yg lain, dan cepet bgt ngeluarin update parfum
terbarunya, untuk saat ini parfum2 keluaran baru banyak menggunakan
argeville, harganya murah dan kemiripannya recommended, minus
longlasting nya parah bgt, keliatan dri kekentalan bibit nya, warnanya
rata2 bening dan encer. rata2 harga jual Rp. 2000 - Rp. 2500 /ml contoh,
justin bieber, antonio banderas, diesel fuel 4 life 4. Parfex jangan
dah, baunya ngaco semua rata2 harga jual Rp. 2000 contoh, benetton pink,
blackberry, facebook
Selasa, 02 September 2014
Berburu Parfum di Kampung Wangi Condet
Posted by Unknown di 18.48 in - 0 komentar
Selain
terkenal sebagai tempat berburu buah salak, rupanya kawasan Condet,
Jakarta Timur, menyimpan keunikan lain. Kawasan ini merupakan area
berburu minyak wangi.
Namun jangan salah, minyak wangi yang dijual di sini bukan parfum bermerek seperti yang dipajang di pusat perbelanjaan. Umumnya minyak wangi yang dijual merupakan racikan sendiri.
Namun jangan salah, minyak wangi yang dijual di sini bukan parfum bermerek seperti yang dipajang di pusat perbelanjaan. Umumnya minyak wangi yang dijual merupakan racikan sendiri.
Konon, geliat perdagangan minyak wangi di kawasan Condet
didorong oleh tradisi kaum pendatang keturunan Arab yang gemar meramu
sejumlah bahan untuk dijadikan minyak wangi. Awalnya hanya ada satu atau
dua toko. Kini, jumlahnya mencapai 30-40. Alhasil, kawasan ini memiliki
sebuah julukan baru: Kampung Wangi Condet.
Achmad, salah satu pedagang minyak wangi di kawasan itu mengamini jalan kisah Condet menjadi kampung wangi. Kata dia, kebiasaan orang Arab yang sangat menyukai wewangian telah menular dan memberikan warna tersendiri bagi kawasan tersebut.
"Istilahnya itu tabarruk, mengikuti kebiasaan baik yang dilakukan oleh orang-orang Arab. Nah, minyak wangi ini kan memang ciri khas orang Arab," ujar Achmad saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.
Jika ditelisik lebih jauh, rupanya mayoritas toko yang ada di Condet memang dimiliki oleh warga keturunan Arab. Tapi mereka tidak sekadar membuka toko parfum, melainkan ikut mendirikan pesantren di kawasan tersebut.
Santri di pesantren tersebutlah yang diberdayakan mengelola toko di sela-sela aktivitasnya mengaji dan belajar agama. Para santri menjaga toko secara bergiliran sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.
"Bisa dibilang hampir semua toko di Condet seperti itu. Suma beberapa toko aja yang memang benar-benar fokus cari untung," ujar pria yang sudah bergelut di bisnis parfum selama 6 tahun itu.
Soal pembagian keuntungan, Achmad menuturkan, 45 persen masuk ke kantong gurunya sebagai pemilik toko dan 55 persen menjadi hak pengelola. Untuk biaya pengembangan toko dan biaya operasional diambil dari 55 persen yang menjadi jatah pengelola.
"Buat kita yang jaga, juga diambil dari situ. Lumayan buat tambahan uang makan sama jajan selama belajar di sini," papar dia.
Berjualan parfum di kawasan Condet memang memberikan keuntungan yang tidak sedikit. Walaupun penjualan sedang sepi, uang Rp700 ribu biasa masuk kantong. Tapi kalau sedang ramai, omzetnya bisa di atas Rp1,5 juta per hari. "Biasanya banyak yang beli itu pas awal bulan dan hari Sabtu atau Minggu," terang dia.
Soal minyak wangi yang dijajakan, kawasan Condet menyajikan pilihan beragam. Di tokonya, Ahcmad menjual parfum dengan 450 aroma berbeda. Dari aroma melati, mawar, jeruk, burberry, hingga vanila. Tidak hanya itu, aroma minyak wangi yang menyerupai merek parfum terkenal juga dijual di sini: Dakar, Charlie, Giorgio, Gucci, hingga parfum buatan Agnes Monica, AGNEZ Reve.
Beragam aroma tersebut diracik dengan teknik dan takaran khusus agar menghasilkan aroma yang diinginkan. Bibitnya didatangkan langsung dari Arab, India, dan Swiss.
"Kalau parfum yang mau dibeli gak ada di daftar, pembeli juga bisa pesan aroma khusus. Asal ada contohnya nanti bisa kita olah supaya hasilnya mendekati," ungkap dia.
Mengenai harga, minyak wangi yang dijual di sini terbilang cukup murah. Sebuah parfum beraroma Dakar dijual Rp1.500 per mililiter. Dengan harga sama, Anda bisa mendapatkan aroma parfum yang dikeluarkan oleh Agnes Monica.
"Kalau yang paling mahal, minyak wangi khusus buat salat. Harganya, sekitar Rp10.000 per mililiter," tukas dia.
Jika Anda berminat berbelanja parfum isi ulang di kampung wangi Condet, silakan berkunjung ke kawasan Condet, Jakarta Timur. Lokasinya berada di sepanjang Jalan Condet Raya dan hanya berjarak sekitar 100 meter dari Pusat Grosir Cililitan (PGC). Di sepanjang jalan ini, berderet sekitar 40-50 toko parfum yang menghiasi sisi kanan dan kiri jalan.
Achmad, salah satu pedagang minyak wangi di kawasan itu mengamini jalan kisah Condet menjadi kampung wangi. Kata dia, kebiasaan orang Arab yang sangat menyukai wewangian telah menular dan memberikan warna tersendiri bagi kawasan tersebut.
"Istilahnya itu tabarruk, mengikuti kebiasaan baik yang dilakukan oleh orang-orang Arab. Nah, minyak wangi ini kan memang ciri khas orang Arab," ujar Achmad saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.
Jika ditelisik lebih jauh, rupanya mayoritas toko yang ada di Condet memang dimiliki oleh warga keturunan Arab. Tapi mereka tidak sekadar membuka toko parfum, melainkan ikut mendirikan pesantren di kawasan tersebut.
Santri di pesantren tersebutlah yang diberdayakan mengelola toko di sela-sela aktivitasnya mengaji dan belajar agama. Para santri menjaga toko secara bergiliran sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.
"Bisa dibilang hampir semua toko di Condet seperti itu. Suma beberapa toko aja yang memang benar-benar fokus cari untung," ujar pria yang sudah bergelut di bisnis parfum selama 6 tahun itu.
Soal pembagian keuntungan, Achmad menuturkan, 45 persen masuk ke kantong gurunya sebagai pemilik toko dan 55 persen menjadi hak pengelola. Untuk biaya pengembangan toko dan biaya operasional diambil dari 55 persen yang menjadi jatah pengelola.
"Buat kita yang jaga, juga diambil dari situ. Lumayan buat tambahan uang makan sama jajan selama belajar di sini," papar dia.
Berjualan parfum di kawasan Condet memang memberikan keuntungan yang tidak sedikit. Walaupun penjualan sedang sepi, uang Rp700 ribu biasa masuk kantong. Tapi kalau sedang ramai, omzetnya bisa di atas Rp1,5 juta per hari. "Biasanya banyak yang beli itu pas awal bulan dan hari Sabtu atau Minggu," terang dia.
Soal minyak wangi yang dijajakan, kawasan Condet menyajikan pilihan beragam. Di tokonya, Ahcmad menjual parfum dengan 450 aroma berbeda. Dari aroma melati, mawar, jeruk, burberry, hingga vanila. Tidak hanya itu, aroma minyak wangi yang menyerupai merek parfum terkenal juga dijual di sini: Dakar, Charlie, Giorgio, Gucci, hingga parfum buatan Agnes Monica, AGNEZ Reve.
Beragam aroma tersebut diracik dengan teknik dan takaran khusus agar menghasilkan aroma yang diinginkan. Bibitnya didatangkan langsung dari Arab, India, dan Swiss.
"Kalau parfum yang mau dibeli gak ada di daftar, pembeli juga bisa pesan aroma khusus. Asal ada contohnya nanti bisa kita olah supaya hasilnya mendekati," ungkap dia.
Mengenai harga, minyak wangi yang dijual di sini terbilang cukup murah. Sebuah parfum beraroma Dakar dijual Rp1.500 per mililiter. Dengan harga sama, Anda bisa mendapatkan aroma parfum yang dikeluarkan oleh Agnes Monica.
"Kalau yang paling mahal, minyak wangi khusus buat salat. Harganya, sekitar Rp10.000 per mililiter," tukas dia.
Jika Anda berminat berbelanja parfum isi ulang di kampung wangi Condet, silakan berkunjung ke kawasan Condet, Jakarta Timur. Lokasinya berada di sepanjang Jalan Condet Raya dan hanya berjarak sekitar 100 meter dari Pusat Grosir Cililitan (PGC). Di sepanjang jalan ini, berderet sekitar 40-50 toko parfum yang menghiasi sisi kanan dan kiri jalan.
Mengunjungi Kampung Wangi Condet
Posted by Unknown di 18.44 in - 0 komentar
KOMPAS.com/NORMA GESITA Deretan toko parfum di Jalan Condet, Jakarta Timur.
DAHULU orang datang ke Condet untuk
mencari Salak. Namun kini semua orang berbondong-bondong datang ke
Condet untuk membeli minyak wangi (parfum). Condet yang kini dikenal
dengan sebutan “Kampung Wangi” atau “Condet Wangi” ini memang tak pernah
sepi peminat. Hampir setiap hari orang-orang dari berbagai daerah dan
kalangan memadati Jalan Condet yang kini penuh oleh toko minyak wangi
refill.
Kisah Jalan Condet yang kini berubah menjadi Kampung Wangi ini bermula dari orang-orang Arab yang mulai menetap di Condet sejak tahun 1980-an. Hal ini karena berkembangnya bisnis penempatan tenaga kerja Indonesia untuk kawasan Timur Tengah di area tersebut.
Para pedagang Arab ini kemudian mulai berdagang minyak wangi, seperti yang mereka lakukan di tempat asalnya. Bagi mereka, meracik minyak wangi sendiri merupakan suatu kepuasan batin.
Akan tetapi, tren berjualan minyak wangi ini baru menjamur sekitar tahun 2000-an. Nawawi, salah seorang pedagang minyak wangi di Jalan Condet mengaku bahwa tokonya berdiri sejak tahun 2001 dan saat itu hanya ada kurang lebih 3 toko saja.
“Toko ini dari 2001. Tapi waktu itu cuma ada tiga toko,” terang Nawawi saat ditemui Kompas.com di Jalan Condet.
Kini, sejak menjamurnya toko-toko minyak wangi di Condet, julukan baru seperti “Kampung Wangi” atau “Condet Wangi” mulai muncul. Bahkan ada juga yang menamainya “Jalan Wangi” karena dari sore sampai malam hari, hampir semua toko minyak wangi dipenuhi oleh pengunjung yang membeli minyak wangi. Karena tak hanya satu-dua orang yang mencoba wewangian tersebut sebelum membeli, sepanjang jalan Condet memang menjadi wangi secara harafiah.
Semua toko minyak wangi yang berada di jalan Condet ini memang menjual minyak wangi refill atau bibit minyak wangi. Para pedagang mengaku tidak mungkin menjual minyak wangi yang sudah rapi dalam kemasan botol yang unik dan dengan harga yang mahal.
“Enggak mungkin kita jual yang kayak parfum-parfum bermerek itu, malah enggak laku. Kalaupun jual, orang juga akan bilang itu isinya refill, jadi percuma,” kata Nawawi.
Kelebihan dari toko-toko minyak wangi refill yang berada di sepanjang jalan Condet adalah para pelanggan bebas membeli minyak wangi dalam jumlah yang mereka inginkan dan dengan aroma yang mereka inginkan pula.
Setiap toko menjual lebih dari 300 varian jenis bibit minyak wangi, mulai dari yang termurah sekitar Rp 500/ml sampai Rp 25.000/ml. Sedangkan botol-botol yang disediakan berukuran mulai dari 20 ml sampai 100 ml.
Pelanggan juga bebas menentukan campuran bibit parfum serta tingkat kepekatan yang mereka inginkan. Bahkan, para pedagang di daerah ini juga bisa membuatkan campuran dengan contoh minyak wangi yang dibawa oleh pelanggan sendiri.
Tak sulit untuk mencapai Kampung Wangi ini. Pengunjung hanya perlu menuju ke arah Pusat Grosir Cililitan (PGC) karena toko minyak wangi refill ini mulai bisa ditemui sekitar 100 meter dari PGC.
Kemudian dari arah Pasar Rebo bisa naik angkutan kota (angkot) 06 jurusan Gandaria-Kampung Melayu dengan ongkos tak lebih dari Rp 3.000. Dari arah UKI bisa naik angkot atau Metromini apa pun yang menuju ke PGC dengan ongkos sekitar Rp 2.000. Atau naik bus Transjakarta dari arah mana pun menuju ke shelter PGC dengan ongkos Rp 3.500 saja.
Pembeli yang datang ke daerah ini bukan hanya berasal dari Pulau Jawa saja, melainkan dari luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatera. Sedangkan, untuk pembeli dari luar negeri kebanyakan berasal dari Arab dan Malaysia.
Kisah Jalan Condet yang kini berubah menjadi Kampung Wangi ini bermula dari orang-orang Arab yang mulai menetap di Condet sejak tahun 1980-an. Hal ini karena berkembangnya bisnis penempatan tenaga kerja Indonesia untuk kawasan Timur Tengah di area tersebut.
Para pedagang Arab ini kemudian mulai berdagang minyak wangi, seperti yang mereka lakukan di tempat asalnya. Bagi mereka, meracik minyak wangi sendiri merupakan suatu kepuasan batin.
Akan tetapi, tren berjualan minyak wangi ini baru menjamur sekitar tahun 2000-an. Nawawi, salah seorang pedagang minyak wangi di Jalan Condet mengaku bahwa tokonya berdiri sejak tahun 2001 dan saat itu hanya ada kurang lebih 3 toko saja.
“Toko ini dari 2001. Tapi waktu itu cuma ada tiga toko,” terang Nawawi saat ditemui Kompas.com di Jalan Condet.
Kini, sejak menjamurnya toko-toko minyak wangi di Condet, julukan baru seperti “Kampung Wangi” atau “Condet Wangi” mulai muncul. Bahkan ada juga yang menamainya “Jalan Wangi” karena dari sore sampai malam hari, hampir semua toko minyak wangi dipenuhi oleh pengunjung yang membeli minyak wangi. Karena tak hanya satu-dua orang yang mencoba wewangian tersebut sebelum membeli, sepanjang jalan Condet memang menjadi wangi secara harafiah.
Semua toko minyak wangi yang berada di jalan Condet ini memang menjual minyak wangi refill atau bibit minyak wangi. Para pedagang mengaku tidak mungkin menjual minyak wangi yang sudah rapi dalam kemasan botol yang unik dan dengan harga yang mahal.
“Enggak mungkin kita jual yang kayak parfum-parfum bermerek itu, malah enggak laku. Kalaupun jual, orang juga akan bilang itu isinya refill, jadi percuma,” kata Nawawi.
Kelebihan dari toko-toko minyak wangi refill yang berada di sepanjang jalan Condet adalah para pelanggan bebas membeli minyak wangi dalam jumlah yang mereka inginkan dan dengan aroma yang mereka inginkan pula.
Setiap toko menjual lebih dari 300 varian jenis bibit minyak wangi, mulai dari yang termurah sekitar Rp 500/ml sampai Rp 25.000/ml. Sedangkan botol-botol yang disediakan berukuran mulai dari 20 ml sampai 100 ml.
Pelanggan juga bebas menentukan campuran bibit parfum serta tingkat kepekatan yang mereka inginkan. Bahkan, para pedagang di daerah ini juga bisa membuatkan campuran dengan contoh minyak wangi yang dibawa oleh pelanggan sendiri.
Tak sulit untuk mencapai Kampung Wangi ini. Pengunjung hanya perlu menuju ke arah Pusat Grosir Cililitan (PGC) karena toko minyak wangi refill ini mulai bisa ditemui sekitar 100 meter dari PGC.
Kemudian dari arah Pasar Rebo bisa naik angkutan kota (angkot) 06 jurusan Gandaria-Kampung Melayu dengan ongkos tak lebih dari Rp 3.000. Dari arah UKI bisa naik angkot atau Metromini apa pun yang menuju ke PGC dengan ongkos sekitar Rp 2.000. Atau naik bus Transjakarta dari arah mana pun menuju ke shelter PGC dengan ongkos Rp 3.500 saja.
Pembeli yang datang ke daerah ini bukan hanya berasal dari Pulau Jawa saja, melainkan dari luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatera. Sedangkan, untuk pembeli dari luar negeri kebanyakan berasal dari Arab dan Malaysia.
Parfum dari Condet : Mewah Tapi Murah
Posted by Unknown di 18.25 in - 0 komentar
indosiar.com, Jakarta - Murah meriah, ungkapan ini
tepat bagi Anda yang menyukai wewangian layaknya parfum bermerek tapi
dengan harga yang murah. Di ujung utara Jalan Raya Condet, Jakarta
Timur, bisa kita jumpai deretan toko yang menjual parfum dari berbagai
jenis baik impor maupun lokal.
Disini, kita bisa mendapatkan parfum isi ulang yang wanginya mirip
parfum kelas atas dengan harga miring. Sebagai perbandingan, jika parfum
asli dijual seharga 700 ribu rupiah per 50 ml, disini harganya tak
lebih dari 150 ribu rupiah.
Sony, pelanggan minyak wangi mengatakan, selain murah ia bisa
memiliki beberapa parfum dari merek-merek terkenal yang selain tidak
berbeda dengan bau asli, juga bisa menambah rasa percaya dirinya dalam
berpenampilan.
Ismail pedagang parfum mengatakan meski harga jauh lebih murah, namun
mutu parfumnya tak kalah dengan yang asli. Ismail berpromosi perbedaan
parfum asli dengan isi ulang miliknya terletak pada serasa segar saat
parfum disemprotkan.
Selain parfum isi ulang, Ismail juga menjual aneka botol parfum yang bentuknya menarik dari harga 20 sampai 100 ribu rupiah.(Budiono dan Tarwin Nasution/Sup)
Langganan:
Postingan (Atom)